MANTEN (4): Invisible Relationship

I just listened to Adhitia Sofyan's Invisible Relationship

"Invisible Relationship" sebuah term yang bagus, walaupun kalau dipikir-pikir serem juga ya, bisa jadi maksudnya selingkuhan yang ga ada yang tau. Hhhhhmmmm...

Tapi di era media sosial seperti sekarang, hanya ada berapa orang sih yang sunyi-sunyi aja soal hubungan percintaan mereka?

Insecurity issue?

I don't wanna blame you if you want to "expose" your relationship in social media. I did that too. When I was in the highly insecure relationship just to show that we're alright and love each others. Even though deep inside my heart, I knew that "this is not going to work".

However, with Anto, I find peace and calmness, like I don't want to show how happy I am with him cause I know for sure that we are ACTUALLY happy. The type of happiness that spreads into your heart and whole body. The type of happiness that makes you feel more protective because you want it only for you and him, not for public consumption.

Aduh kok lebay beud ya bahasa gue, hahahah. Sok-sokan pake bahasa Inggris lagi. Mari kita kembali pakai bahasa Indonesia.

Pernah diskusi dengan salah satu teman bahwa insecurity issue akhirnya membawa seseorang jadi lebih sering posting relationship di media sosial. Sementara yang bahagia beneran biasanya malah lebih kalem, kecuali mungkin kalau pasangan ini adalah pasangan public figure yang mesti banyak pertimbangan soal menjaga popularitas ya.

Saya tidak pernah sekali pun posting soal saya dan Anto. Pernah sekali saya post bolu Meranti yang dia kasih tapi ga ada juga yang sadar kalau dia adalah tunangan saya, wqwqwq. Pernah beberapa kali saya post dia bersama dengan jajaran wajah teman-teman saya yang lain dan sekali lagi, tidak ada yang sadar. Hahahahah.

Call it invisible relationship

Hanya orang-orang yang dekat dengan saya dan yang kenal saya dalam daily basis yang tau kalau saya sudah bertunangan. Beberapa dari mereka bahkan tidak tahu saya tunangan dengan siapa dan yang mana orangnya. Wqwqwq.

Oh orang lain yang tahu adalah para pemirsa setia blog saya yang sebenarnya receh banget ini tapi jadi punya banyak pengunjung akibat pada ngepoin saya. Thanks everyone! Sorry for polluting your brain with my writing, wqwq.

Jadi hubungan kami berdua bisa dikatakan invisible, tidak kelihatan, tidak ketahuan, kecuali kalau ada yang ngaku, atau kepo blog saya (tetep, wqwq).

Bahkan walaupun saya posting soal dia di medsos, kalau arahnya ga ke "EH INI LAKI GUE LOOOOH" ya ga bakal ada yang tau ~

Social media framing

Dan ternyata segampang itu framing soal diri kita di media sosial. People really think they know you only from what you post in social media. 

Kalau kamu post soal kejombloan kamu, mereka kira kamu beneran jomblo. Hanya yang benar-benar kenal sama kamu yang tahu kalau kamu cuma pura-pura jomblo.

Kemarin akhirnya saya release, go public, launching atau apapun lah namanya ke media sosial. Foto saya dan dia, dengan caption yang menunjukkan itu tadi "INI LAKI GUE LOOOOH". Dan orang-orang pun langsung rame, memecahkan rekor jumlah likes dan comments di instagram saya. Wqwqwq.

Apa kabar kalau ternyata saya cuma pura-pura kalau dia adalah tunangan saya?

Misal saya nemu cowok bayaran buat publish di media sosial soal hubungan kita, terus saya ngaku-ngaku kalau dia adalah tunangan saya? Ga ada yang tau juga sumvaaaahh.. Kecuali kalau ada yang beneran kenal sama saya atau kenal sama kami berdua. Haduh haduh.

Saya pikir ngeri juga ya social media framing ini. Pantas saja banyak yang keliatannya hubungannya baik-baik saja, eh tiba-tiba putus atau cerai.

Stay calm is our principle

Anto bukanlah orang yang suka posting di medsos. Berkebalikan dengan saya yang rada cerewet, tapi belakangan saya jauh lebih private soal postingan medsos. Yang saya post biasanya bukan soal kehidupan saya sehari-hari, tapi lebih ke quotes, foto, atau apapun yang menurut saya layak di share, termasuk pemikiran saya yang sebenarnya masih tak tahu apa-apa ini. Hahahah.

Tell the narratives is one thing but show off the narratives is different thing.

Maksudnya, kalau kamu menceritakan sesuatu dan kamu tahu maksud dari postingan kamu itu apa, manfaatnya apa, kenapa harus di post, penting ga sih ini buat di post, itulah saat yang tepat untuk post. Tapi kalau hanya ingin pamer, ndak usah.

Makanya kemarin saya mikir panjang banget, penting ga sih saya posting foto saya sama Anto? Tapi saya pikir saya ingin menghentikan selentingan gosip sayup-sayup terdengar soal "kenakalan" saya. Saya malas berspekulasi, akhirnya saya post saja foto saya dan dia untuk meredam gosip-gosip yang tidak benar.

Gila ya jaman sekarang, punya hubungan yang real aja harus nunggu momentum kapan ngasih tau orang-orang di medsos. Pusing akika.

Tapi yak, setelah beneran post soal hubungan saya dan dia, I felt unhappy. Capek liat komentar orang-orang yang kok kayak pengen tau banget. Yang kenal deket gapapa lah, tapi yang segitu-gitu doang, aduh... 

Deep inside saya nanya sama diri saya sendiri, terus kenapa? Abis ini apa?

Yah ternyata bagi saya dan juga Anto, stay calm di dunia medsos kayaknya akan tetap menjadi prinsip. Hubungan ini punya kita, kalau pun mau cerita ya ceritalah ke orang yang dekat-dekat saja, yang ga dekat ga perlu tahu, mereka juga ga mau tahu sih kayaknya, hahahah.

Kalau ada konten menarik, baru deh nanti saya post di instagram. Sekarang saya menjadikan instagram sebagai tempat berkarya sih. Saya jadi lebih sering menulis untuk instagram karena pembaca di sana banyak juga ya, maklum fakir pembaca. Hahahah.

Ingat "tell the narrative" bukan "show off". Kalau ga penting-penting banget, ya stay calm under the rock. Yang tahu bahagia atau nggaknya kan saya sama dia. Apalagi kalau tujuannya cari berkah, nah itu malah yang tahu berkah atau nggaknya cuma Allah. Bukan judgement netijen, duh.

Komentar