Tulisan Saya Di Media

Soal menulis di media, saya cukup terlambat memulainya. Salah satunya karena saya tidak pernah benar-benar PD untuk menuliskan pemikiran saya di media lain selain blog atau media sosial pribadi saya. Selain itu, tentu saja saya tidak banyak memprioritaskan waktu untuk menulis dan, kita harus sepakat bahwa menulis itu bukanlah perkara mudah bukan?

Namun, kegemaran saya menulis akhirnya berbuah juga menjadi karya tulisan. Halaman ini saya jadikan sebagai "galeri" pribadi tulisan-tulisan saya di luar Blogger. Saya juga beberapa kali menulis di Medium dan sampai sekarang saya agak bingung juga membedakan tipe tulisan saya di sana dan di Blogger. 

Oh iya, jika ingin membaca karya saya yang bersifat akademis, silakan mengecek Google Scholar saya. 


1.

Indonesian Film Industry Needs More Alternative Exhibitions


Daripada ga dimuat di mana-mana, akhirnya naro tulisan ini di website kantor pada Januari 2019. Opini ini berdasarkan hasil riset tahun sebelumnya dan membuat saya merasa "wow, kalo nonton film harus banget nih ke jaringan XXI?". Yuk baca kegelisahan saya soal eksibisi alternatif di Indonesia di sini.


2.

No Tax for Knowledge: Insentif Pajak Buku dan Peningkatan Minat Baca

Oke, ternyata URL tulisan ini hilang. Saya menulis ini pada bulan Mei 2019 dan diterbitkan di website Mata Garuda. Semoga saya masih bisa menemukan lagi tulisan itu.


3.

Basic Income Di Indonesia: Haruskah Dimulai Sekarang?


Saya pernah menulis untuk website kantor demi cuan. Hahahaha. Tulisan ini diterbitkan pada bulan Juni 2020. Saya sedang mendalami topik Universal Basic Income dan menulis menjadi cara saya untuk membaca lebih banyak soal topik ini. Klik di sini untuk membaca tulisan ini.

Btw tulisan ini pernah dikutip juga oleh jurnalis Tirto.id loh. Hahahah.


4.

Berapa Tarif Pajak Tontonan Yang Inklusif dan Kompetitif?


Tulisan ini diterbitkan di Majalah Mata Garuda Edisi Pertama pada bulan Agustus 2020 berdasarkan hasil riset saya di kantor di tahun yang sama. Cek tulisan ini di link ini.


5.

7 Hal yang Dirasakan Para Ibu Baru, Menjadi Ibu Ternyata Pembelajaran Seumur Hidup


Akibat galau berkepanjangan dengan status baru sebagai ibu, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba menulis pemikiran saya dan mengirimkannya ke Hipwee. Ternyata cepat banget diterbitkannya! Artikel ini diterbitkan pada Januari 2021 dan bisa dibaca di link ini.


6.

Orang Tua Milenial dan Informasi Parenting di Internet: Apa Pentingnya untuk Generasi Berikutnya?


Lagi-lagi demi cuan, saya mendadak menuliskan ini karena melihat bahwa lembaga ini sedang open article untuk diterbitkan di RISED untuk edisi Maret 2021. Kalian mau tau ga sebenernya topik yang ditawarkan oleh RISED apa? Topiknya adalah Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia Pasca Hasil Sensus Penduduk 2020. LOL. Berkaca pada pengalaman saya sebagai orang tua milenial, saya pun menuliskan ini. Silakan dibaca di sini.

7.

Layanan Streaming Film Berkembang Pesat tapi Mustahil Geser Bioskop


Tulisan berdasarkan hasil riset mengenai platform video-on-demand ini sempat lolos pitching awal di The Conversation sebelum di-ghosting sama editornya. Sungguh, di-ghosting editor adalah another level of ghosting. Karena sebal melihat ada tulisan terbengkalai padahal sudah jadi dan juga demi mendapatkan cuan, saya akhirnya poles-poles dikit tulisannya dan mengirimkannya ke redaksi Tirto. Eh, malah diterima tanpa drama, meskipun kudu ganti judul biar lebih sip. Silakan dibaca di sini.


8.

6 Tips Agar Bisa Lebih Rutin Membaca Buku, Kebiasaan Baik yang Harus Dilakukan Setiap Hari


Saya lagi bosen sama kerjaan saya dan akhirnya malah iseng-iseng bangun tulisan ini. Semuanya berdasarkan pengalaman pribadi yang lagi semangat kembali membangun kebiasaan membaca demi jadi ibu pintar. Saya juga percaya kalau anak melihat saya membaca, dia jadi tertarik untuk melakukan kebiasaan yang sama. Tips ini berlaku untuk semua orang yang punya keinginan yang sama kayak saya. Silakan dibaca di sini.

9.

Kemiskinan tidak selalu netral gender, perempuan lebih menderita akan dampaknya


Momen bangga sama diri sendiri karena berhasil mengatasi keraguan dan akhirnya bisa publish di The Conversation! Saya mau tepuk tangan buat diri sendiri, hahahah. The story behind this article was quite unique. Saya dapat ide tulisan setelah ngobrol sama tetangga! Terima kasih tetangga, saya akhirnya bisa nulis di platform idaman para peneliti ini wqwqwq. Silakan dibaca di sini.

Tulisan ini juga di-repost di Magdalene loh!



10.

What we don't talk when we talk about urban poverty


Alhamdulillah Ya Rabb, emang rohku kayaknya nulis populer sih hehehe. Senang sekali bisa berkolaborasi dengan rekan sejawat yang juga konco kenthel Dr. Romi Bhakti Hartarto. Dulu kerjaan kita cuma ngobrol ngalor-ngidul ga jelas, atau yaa Romi bantuin aku dalam hal akademis lah terutama berhubung dia cemerlang sekali. Hehe. Next semoga di publish ya book chapter kita! Aamiin.



Komentar