Pada Hari Raya Idul Adha ini kuqurbankan perasaanku...

Pada Hari Raya Idul Adha ini kuqurbankan perasaanku...

Kuqurbankan perasaan penyesalan yang besar karena tidak bisa qurban (lagi) tahun ini. Bahkan seekor kambing pun tidak! Saya hitung-hitung sudah tiga tahun saya tidak qurban apapun di Idul Adha. Ini salah, jelas salah karena selama tiga tahun itu saya bukannya tidak berpenghasilan.

Sudah jelas kalau saya tidak memprioritaskan membeli hewan qurban dibandingkan dengan membeli hal lain.

Dua minggu sebelum Idul Adha, saya baru menyadari kalau tabungan saya tidak cukup untuk membeli hewan qurban. Saya panik karena uangnya sudah terpakai untuk hal-hal yang kurang penting. Mungkin penting sih, tapi mengingat keutamaan berqurban, rasanya semua hal kurang penting deh untuk dikeluarkan. Sebaik-baik pengeluaran adalah yang berorientasi untuk akhirat kan?

Hayati benar-benar sedih... Hayati terpukul...

Andai saja saya serius menganggarkan uang untuk bisa berqurban, tahun ini setidaknya ada seekor kambing yang habis nyawanya di depan tukang begal dengan menyebut nama saya sebagai sang pengqurban. Betapa indahnya jika hal itu bisa terwujud... Apalagi mengingat fakta bahwa sudah tiga tahun ini saya tidak berqurban. Ampuni hamba, Ya Allah T.T

"Namanya juga berqurban, pasti ada yang harus dikorbankan," termasuk pengeluaranmu itu nak. Coba kau potong sedikit harusnya untuk hal yang maha penting ini.

Bayangkan Nabi Ibrahim AS dulu bertahun-tahun tidak punya anak, sekalinya punya anak harus ditinggal bertahun-tahun, sekalinya pulang ke rumah, diperintahkan sama Allah untuk menyembelih anaknya. Gimana coba perasaan Nabi Ibrahim? -..-

Tapi kualitas seorang Nabi memang berbeda dibandingkan orang-orang biasa, apalagi orang kayak saya, kalau Allah sudah memerintah harusnya jawabannya hanya satu "Sami'na, wa atho'na. Kami dengar dan kami patuh." Saya? Ya kali. Adanya juga ngeles-ngeles dengan dalih Allah pasti mengerti atau dosa dikit lah sekali-sekali gapapa atau besok aja deh beramalnya, padahal umur tidak ada yang tahu. Hiks. Astaghfirullahaladzim.

Kanetasya, kenapa kamu membiarkan beberapa orang fakir miskin tidak menikmati daging di hari raya idul adha ini? Padahal saya mengerti dan paham bahwa hikmah dari Idul Adha adalah agar orang miskin menikmati makan daging meski hanya sekali dalam setahun. Sementara hikmah dari berpuasa Ramadhan adalah sebaliknya, agar orang yang punya bisa merasakan seperti apa kelaparan yang dirasakan oleh orang yang tidak mampu.

Namun tahun ini lagi-lagi, saya hanya mampu berqurban perasaan. Perasaan menyesal karena tidak bisa berqurban hewan...

Pada Hari Raya Idul Adha ini kuqurbankan perasaanku...

Kuqurbankan perasaanku yang kecewa karena tidak berhari raya di tanah suci. Kuqurbankan perasaan ingin yang teramat sangat untuk merasakan nikmatnya menjalankan rukun Islam yang kelima.

Setiap nonton berita soal jamaah haji dan terdengar kalimat itu "Labbaik Allahumma Labbaik..." merinding rasanya badan ini. Kapan aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah?

Padahal saya sudah ke berbagai tempat yang benar-benar ingin saya lihat dengan mata saya sendiri, dari mulai Emirates Stadium, Big Ben, Capitoline Hill, Cinque Terre, sampai Taman Nasional Komodo. Tapi saya menyadari inilah bedanya, saya tidak hanya sekedar ingin tapi benar-benar serius untuk mewujudkan keinginan pergi ke sana. Dari mulai cari waktu sampai cari uang. Dari mulai disebut-sebut sampai beneran berdoa serius.

Tapi sudah sejauh mana saya mempersiapkan diri untuk pergi haji? Lagi-lagi rasanya saya tidak pernah benar-benar memprioritaskan diri untuk bisa sampai di sana. Padahal yang lain tidak tercantum dalam rukun Islam sedangkan naik haji adalah rukun Islam yang terakhir.

Mungkin saja, penerapan rukun Islam saya yang lain belum sempurna sehingga Allah menunda keberangkatan saya untuk naik haji. Semacam membaca syahadat, yang pertama, saja masih setengah-setengah, mana mau Allah ngasih yang kelima? Belum lagi sholat yang masih jauh dari kata sempurna, puasa yang entah diterima atau tidak, dan zakat yang tidak tahu sudah benar perhitungannya atau belum. Barangkali masih ada harta yang belum bersih dan sesungguhnya menjadi hak orang lain.

Pada hari raya idul adha ini akhirnya kuqurbankan pula perasaanku, untuk bisa merasakan nikmatnya menjadi tamu Allah.. Semoga kelak bisa segera tercapai.

Selamat Idul Adha 1438 H.

Taqobalallahu minna wa minkum.

Masjid Roosniah Al-Achmad, Bogor Nirwana Residence, 1 September 2017. Tahun ini di sini dulu, tahun depan siapa tahu di Saudi. Aamiin.


Komentar