Ramadhan 1428H

Perjumpaan kembali dengan bulan Ramadhan selalu dimulai dengan sekian macam target agar Ramadhan kali ini jadi tidak sia-sia, tapi kemudian hanya orang-orang tertentu yang semakin bertakwa setelah dia berlalu.

Baru di Ramadhan tahun ini saya mencoba sesuatu yang agak berbeda dari Ramadhan sebelumnya: saya berniat mengurangi buka bersama demi bisa memperbanyak ibadah. Saya yang biasanya jadi inisiator buka bersama kini memilih diam saja dan berharap agar teman-teman saya yang lain mengisi malamnya dengan sholat di mesjid. Cie, ceritanya mulai tobat.

Tapi harus diakui, Ramadhan tahun ini merupakan salah satu Ramadhan terberat yang pernah saya rasakan, bahkan lebih berat dari berpuasa selama 19 jam di Ramadhan tahun lalu.

Saya sudah kadung lelah dengan pekerjaan kantor yang tidak berkurang sedikit pun walau para pekerjanya sedang berpuasa. Kadang saya malu karena manja sekali hamba Allah bernama Kanetasya ini yang ingin load pekerjaannya dikurangi selama bulan Ramadhan. Tapi sungguh saya sempat mencoba beribadah semaksimal mungkin dan bekerja seperti biasanya. Hasilnya? Badan saya rontok karena kelelahan.

Saya sempat berdiskusi tentang masalah ini kepada seorang sahabat lawas. Saran dia, coba ditingkatkan dulu kualitas ibadah yang bisa dikerjakan. Kalau memang hanya bisa ngaji sedikit, sholat rawatib seadanya, tarawih ga selalu di masjid, ya sudah itu saja dulu. Yang penting bukan kuantitas tapi kualitas.

Saya pun mengamini dan kembali menggunakan kalimat andalan kalau sedang malas memprioritaskan ibadah: Allah pasti mengerti... Yah begitulah hamba Allah yang satu ini memang suka kebanyakan alasan ~

Ramadhan, ajang agar menjadi setrong dan sholehah. Sumber: http://mozzified.com


Hikmah Ramadhan

Tapi seorang Kanetasya ujung-ujungnya kembali khawatir, "Duh, bulan puasa nih nanti kalo ga doa semaksimal mungkin, bisa-bisa ga dikabulin ~~"

Ya, seperti Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, saya selalu punya doa khusus yang saya sebut terus sepanjang bulan Ramadhan. Saya juga sengaja memaksimalkan ibadah agar doa saya itu segera terkabul.

But then, in the middle of nowhere, I thought about this... I believe that everything I have in this world right now is enough, according to Allah. What I really need to do is praying so hard for my akhirah...

Begitulah, baru di Ramadhan tahun ini saya mendapatkan hikmah kebijaksanaan bahwa sebaik-baik niat untuk beribadah adalah karena merasa kalau dosa kita sudah terlalu banyak dan sudah cukup untuk membawa kita masuk neraka, padahal pahala kita masih belum cukup untuk masuk surga.

Maka saya tidak lagi ambisius dalam beribadah karena takut doa receh saya tidak dikabulkan, sekarang saya lebih takut masuk neraka. Saya mau beribadah agar terhindar dari siksa api neraka.

Tarawih 23 rakaat be like ~ Sumber: @AwkwardMuslim

Entah bagaimana, ibadah saya terasa lebih menenangkan. Saya tak lagi menggerutu berapa banyak rakaat tarawih yang harus saya selesaikan karena saya hanya ingin mengikuti imam hingga dia selesai dan mengamini doa setelah sholat tarawih: Allahummaj'alna bil imani kamilin... Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang beriman sempurna...

Beriman sempurna...

Can you imagine that? Memiliki keimanan yang sempurna... Doa yang sangat indah :-)

Sama indahnya dengan doa agar seluruh dosa diampuni oleh Allah. Allahumma innaka 'afuwun tuhibbul 'afwa fa'fuanni. Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf. Maka ampunilah aku...

Saya baru tahu dari salah satu grup kalau doa itu sangat kuat karena 'afuw itu berbeda dengan maghfirah. Maghfirah adalah ketika di akhirat nanti, Allah akan mempertanyakan dosa yang kita perbuat tapi kemudian Allah mengampuninya. Sementara 'afuw berarti dosa itu sudah dihapus dari buku catatan amal dan tidak akan dipertanyakan lagi di akhirat. Maka dari itu, doa pengampunan dengan menyebut 'afuw sangatlah kuat agar dosa kita benar-benar dilupakan oleh Allah.

Kurang baik apa Allah sama kita? Kalau dosa yang besar saja bisa diampuni, masa doa-doa receh ga diampuni? Yakin aja sama Allah...

Ternyata Ramadhan itu...

Bukan ajang memulai sebuah kebiasaan baru, tapi ajang meneruskan kebiasaan lama dan memperbaikinya. 

Sebagai contoh, saya selalu berusaha memulai one day one juz setiap Ramadhan, tapi tidak pernah terlaksana. Saya pikir-pikir ternyata memang karena saya tidak pernah membiasakan diri untuk membaca Al-Quran sebanyak satu juz setiap hari di luar bulan Ramadhan.

Sebagai contoh juga nih, beberapa amalan saya tetap lancar jaya karena di luar bulan Ramadhan pun saya selalu menyempatkan diri untuk melakukannya. 

Jangan kayak gini lagi plis ~ Sumber: http://www.carbonated.tv

Pada Ramadhan tahun ini, saya menyadari hal itu dan berniat akan memperbaiki diri mulai dari sekarang agar jauh lebih siap ketika bertemu Ramadhan nanti. Jadi Ramadhan bukan lagi waku di mana kita tiba-tiba hijrah, tapi waktu di mana kita semakin istiqomah.

Dan memanglah sungguh benar kata Pak Ustadz, yang namanya ibadah itu kudu dipaksakan. Kalau males ya dipaksakan. Kalau masih males, berdoa sama Allah, Ya Allah tolong gerakkan hatiku untuk ibadah. Dan kalau masih payah juga: INGET AJA SAMA SIKSA API NERAKA. Masih mau males juga?

Semoga bisa bertemu lagi di Ramadhan tahun depan dan semoga bisa jauh lebih baik dari Ramadhan tahun ini. Dan juga semoga sudah jadi istri orang. AAMIIN.

See you next year. Hopefully it will be better than this year. Sumber: http://www.quotesmeme.com

Komentar