Mau Minta Maaf, Sembari Curhat...

Karena masih dalam suasana lebaran, saya mau minta maaf...

Beberapa minggu yang lalu, saya mendadak "keras" kepada sahabat saya. "Please, don't do that again. That's not funny!" Kira-kira itu yang saya katakan kepada dia.

Sebelumnya saya juga memberikan rentetan kalimat bentakan kepada teman-teman dekat saya dan salah satu dari mereka sampai mengecap saya si Kanetasya yang galak dan penuh amarah.

I am so sorry, friends. I cannot always be that version, the nice and cheerful Kanetasya. I also have my own limit. 

Sungguh sangat-sangat saya sesali ketika saya meminta orang lain mengerti kondisi saya. I think that's selfish. Lo minta orang lain untuk ngertiin lo? Egois banget ente!

Tapi Kanetasya adalah manusia biasa yang kadang tidak sanggup dibecandain segitunya. Apalagi urusan perasaan. I know people will judge whatever they want about what just happened to you, but I have to say that some of your jokes really hurt me. Siapa sih yang mau gagal dalam urusan hidupnya? Not even me!

Bayangkan saja bagaimana rasanya kalau kamu masih pengangguran dan kamu baru saja gagal mendapatkan sebuah pekerjaan yang sudah lama kamu harapkan. Sakit kan? Di saat kamu butuh support, teman-teman kamu malah meledek kamu semacam, "Ah dasar elu pengangguran!" atau "Ah dasar elu sih terlalu ngarep!" atau "Cie semangat banget doa soal dapet kerjaan..."

Mau bunuh diri ga sih digituin?

Tapi saya sadar saya juga salah ketika meledak dan tidak mampu menahan emosi saya di depan orang lain. Kepahitan yang dilakukan orang lain kepada saya seharusnya tidak menjadi alasan bagi saya untuk menjadi pahit kepada orang lain. Sungguh itu bukanlah sifat anak sholehah. Gimana mau masuk surga, Neng?

Orang yang kuat itu orang yang mampu menahan emosinya.

Saya akui saya memang lemah untuk menahan emosi diri ini ketika ada hal yang menyinggung saya. Karena itu untuk siapa pun yang pernah saya "semprot" ketika becanda dengan saya akhir-akhir ini, saya minta maaf banget.

Saya tahu konsekuensinya menjadi makhluk yang bully-able, manusia yang katanya asyik untuk di-bully. Saya sendiri juga senang ketika tidak ada orang yang canggung kepada saya. Bagi saya, itu berarti kamu bisa membaur dengan mereka. Tapi ya itu, saya juga harus siap kalau ada becandaan yang mungkin sedikit banyak menyinggung saya karena menurut mereka, "Lo terlalu asik buat di-bully!"

Well, kebetulan si makhluk bully-able ini hidupnya drama. Sebuah kombinasi yang menarik bukan?

Tapi sayangnya saya juga manusia biasa yang bisa sedih, marah, dan kadang ngamuk ~

Saya mungkin tidak akan pernah marah jika mereka menertawakan kelakuan saya yang kadang memalukan. Saya juga tidak pernah marah jika mereka meledek saya "rendah" karena saya sendiri juga merasa tidak ada yang perlu dibanggakan dalam hidup saya. Tapi ternyata saya bisa tersinggung ketika ada yang menertawakan akan suatu hal yang tidak bisa saya kendalikan, salah satunya... you know it so well, I guess.

I will try harder to be the nicest version of Kanetasya and bury the version that get mad easily. Well, but I need everyone to support me, not judge or even bully me.

I am sorry if you think I am selfish for demanding it. Tapi saya yakin, kita semua pasti pernah mengalami masa-masa sulit kan? Do you think it is funny to laugh for other people's bad situation?


Source: http://uamf.org.uk/

Komentar