Manchester, Bukan Hanya Sekedar Kuliah (3): Ramadhan Hari Ke-20 di UK

Tak pernah terpikirkan kalau saya mampu berpuasa 19 jam setiap hari selama sebulan di negara mayoritas non Muslim yang bebas makan dan berpakaian aduhai di musim panas ini (mana cowoknya ganteng-ganteng pula, eh). Tapi dengan niat dan keimanan seadanya agar Allah mengampuni manusia semacam saya yang dosanya sudah menggunung ini, puasa saya alhamdulillah lancar. Meskipun kurang tahu juga apakah pahalanya masih lancar atau tidak. Duh.

Hari pertama sampai hari ketujuh adalah yang paling berat. Tubuh belum terbiasa diajak tidak makan lama-lama. Lemes pisan. Suatu siang, saya juga pernah merasa super lemas sampai ketika berjalan pun badan saya oleng. Maka dari itu, diperlukanlah vitamin dan asupan energi berharga, serta bersabarlah akan segala urusan pribadi yang kadang menyita waktu. Nyehehe.

Tantangan juga muncul dari disertasi yang selalu menanti untuk dikerjakan. Ga bisa mikir. Kebanyakan meraung-raung "Gimana dong gimanaaaaaa..." tapi tetap saja tidak ada kalimat yang siap untuk dikeluarkan ke dalam disertasi. Apalagi saya aslinya adalah seorang morning person yang bisa berpikir keras di pagi hari tapi kemudian mentok ba'da Dzuhur. Padahal di bulan puasa, saya baru bangun sekitar jam setengah 11 karena saya memilih untuk tidak tidur dari jam berbuka puasa hingga selesai sholat Subuh. Disertasi bisa dibilang apa kabar banget. Suka menyesal padahal disertasi seharusnya menjadi tulisan terbaik yang bisa saya ciptakan setelah menempuh perjalanan setahun di sini.

Tapi tidak seharusnya Ramadhan dijadikan ajang berkeluh kesah. Semangat selalu datang dari hal-hal kecil setiap harinya yang saya selalu abadikan di tulisan Tantangan 30 Hari Bersyukur. Seperti teman-teman geng mengaji yang kadang terlalu semangat menyetor bacaan hari itu atau teman-teman lain yang entah bagaimana tidak pernah melupakan saya untuk berkumpul di hari itu. Membahagiakan.

Ramadhan juga memaksa saya untuk rajin memasak. Mencoba resep yang sebelumnya belum pernah dicoba. Kadang sedih sih kenapa saya tidak seperti perempuan lain yang hobi memasak. Tapi kadang saya juga sengaja tidak ingin pintar-pintar memasak karena saya ingin lelaki yang menikahi saya nanti lebih mempertimbangkan hal lain yang ada dalam diri saya ketimbang, "Karena masakan dia enak." Duh kalo gitu nikah sama tukang masak restoran aja mas ~ Terus kenapa ini jadi curhat.

Ramadhan tahun ini mempertemukan saya dengan muslimin dan muslimah dari seluruh penjuru dunia. Pada suatu hari saya diajak buka bersama di Muslim Youth Foundation. Di situlah pertama kalinya saya berbuka puasa dengan muslimah dari negara lain. Meskipun berbeda suku bangsa, kami semua memiliki kesamaan, kami berpuasa karena beriman kepada Allah, kami berbuka karena beriman kepada Allah dan kami merapatkan shaf dalam shalat karena kami beriman kepada Allah. Pengalaman yang membuat saya tidak ragu untuk melangkahkan kaki ke masjid sendirian pada suatu hari yang random untuk mendirikan shalat Dzuhur karena saya senang melihat sesama muslimah yang menjalankan perintah-Nya meskipun memahami Al-Quran dengan bahasa yang berbeda-beda.

Ramadhan mengajarkan saya untuk berdoa lebih keras dan beribadah lebih keras. Memohon lebih keras dan meminta ampunan lebih keras. Menahan diri untuk tidak berbuat kejahatan dengan lebih keras dan meminta Allah agar senantiasa menguatkan hati saya dengan kesabaran dengan lebih keras. 

"Tunjukilah kami jalan yang lurus," doa yang seharusnya kita ucapkan minimal lima kali dalam sehari yang kadang hanya sekedar diucapkan bukan dimaknai. Terkadang Allah sudah menunjukkan kita jalan yang lurus tapi kita ogah-ogahan untuk menjalaninya. Ramadhan bagi saya selalu menjadi titik balik untuk kembali ke jalan yang lurus karena Allah pasti sudah menunjukkannya kepada kita. Saya sungguh belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Nya apalagi ketika meminta-Nya untuk menunjukkan jalan yang lurus.

Selebihnya Ramadhan tahun ini adalah persahabatan. Betapa Allah memberikan rezeki kepada saya berupa orang-orang terbaik yang mengisi hidup saya. Betapa Allah membukakan ladang amal bagi saya dengan berbagi bersama teman-teman yang sudah berubah menjadi keluarga. Betapa Allah menjawab doa saya jika saya tidak ingin merasa hidup sendirian di bumi ini. Alhamdulillah...


Semoga pahala puasa kita semua diterima oleh Allah SWT. Selamat beribadah di Ramadhan kesempatan ke-20 di tahun ini.

*Seri ketiga dari "Manchester, Bukan Hanya Sekedar Kuliah". Tulisan di seri pertama bisa dilihat di Menjaga Sholat dan tulisan seri kedua bisa dilihat di Mempersiapkan Ramadhan.


Komentar