Dealing with the sibling

Setelah punya Saira, banyak banget yang nanya ke saya, "Kakaknya cemburu ga?"

Saya sejujurnya ga tahu sih apa yang ada di hati anak saya, tapi katanya anak kecil itu kan selalu jujur dengan perasaannya. Ya kalo gitu sih kelihatannya Hasina, si kakak, jarang cemburu sama adiknya.

Jarang sekali saya mendapati dia marah ke saya dan papanya soal kehadiran adik. Jarang sekali saya melihat dia marah kepada adiknya. Jarang sekali dia menyalahkan adiknya ketika dia tidak bisa bersama mama, papa, atau keduanya.

Kok bisa ya? Katanya anak kalau punya adik tuh suka "ganas".

Saya juga ga tahu apakah ada perbuatan saya yang membuat Hasina tidak merasa perlu cemburu dengan si adik. Saya selalu merasa ya kebetulan saja Hasina anak yang mudah. Selain itu juga karena Allah mentakdirkan saya punya anak yang ga cemburuan sama si adik. Alhamdulillah.

Tapi kalau ada ikhtiar-iktiar kecil yang kami lakukan untuk mempersiapkan dia dengan si adik ya kira-kira begini:

  • Komunikasikan dan jelaskan

Sejak Saira belum lahir, dia sudah mengerti bahwa nanti akan ada adik kecil yang jadi saudarinya. Anak ini adalah anaknya mama juga. Kalau yang ini, dia bisa mengerti karena saya kan tampak berbeda ketika hamil. 

Yang mungkin membuat dia bingung adalah apakah dia dan Saira punya papa yang sama. Kan tidak ada buktinya? Ya, tapi kami beri tahu dia terus sih kalau dia juga harus berbagi papa dengan adik.

Saya dan suami memang sudah terbiasa berkomunikasi dengan Hasina sejak kecil. I always provide her with explanation. I literally explain everything to her. Jangan kira bayi ga ngerti loh. Mereka jelas mengerti ketika kita berkomunikasi dan memberikan penjelasan. 

Memang, komunikasi seperti apa yang efektif untuk masing-masing anak bisa jadi adalah sebuah seni (yang ga bisa kamu tanyakan ke chat GPT, wqwq). Hasina anak yang menurut saya pandai dalam hal bahasa, jadi memberikan dia penjelasan bisa sangat mudah.

  • Mention adek in our daily conversation
Lagi-lagi soal komunikasi. We build the excitement about welcoming a baby in the family.

"Nanti kalo adek lahir..." adalah kalimat yang selalu muncul setiap hari. Hasina jadi mengerti bahwa punya adik itu menyenangkan. Banyak sekali ya hal yang bisa dilakukan saat adik lahir: main sama adek, makan sama adek, bobo sama adek, jalan-jalan sama adek, pelukan bersama-sama.

Sebenarnya kami yang excited dengan hadirnya adik dan ternyata Hasina bisa merasakan kebahagiaan yang sama. Mungkin ini yang namanya attunement.
  • Cari buku tentang jadi kakak
Iya, jaman sekarang semua hal ada bukunya. Hahahah. Dari mulai menyapih sampai jadi kakak, semua bisa diceritakan dengan buku. Ini sangat mempermudah Hasina untuk mendapatkan gambaran tentang peran barunya sebagai kakak. 

Selain itu, nilai plusnya ya tadi: dia jadi tahu kalau buku bisa menjawab segala kegundahan kamu. Tekunlah membaca!

Oh iya, buku pilihan kami adalah Menjadi Kakak dari Tentang Anak. Gemasnya buku ini adalah kita bisa pilih kakaknya versi perempuan atau laki-laki, jadi kami bisa pilih si tokoh utamanya adalah perempuan. Tapi sayang adiknya digambarkan sebagai laki-laki, ya sudahlah dia tetap paham kok.

Sumber: Tokopedia

  • Dekat dengan papa!
Ini nih yang bikin saya bersyukur banget jadi istrinya Pak Anto. Beliau sayang betul sama anak-anaknya dan mau ikutan ngasuh anaknya bahkan di hal-hal sulit kayak bersihin muntah dan minumin obat. 

Deket sama papa ini adalah kunci dari banyak hal yang berjalan baik: karir saya tetap lancar, waktu me time saya selalu memuaskan, dan pastinya dia lebih mudah beradaptasi menjadi kakak.

Apa sih hubungannya? Saya jadi bisa punya banyak waktu buat mengurus Saira karena Hasina ga selalu minta perhatian saya. Intinya kalau mama ga ada, dia bisa melakukannya sama papa. Jadi beban pengurusan anak bisa dibagi berdua, ya bertiga lah sama pengasuh.
  • Belajar terus jadi orang tua yang cukup baik
Jadi orang tua ternyata bikin kita belajar terus ya. Ini menyenangkan banget buat saya. Saya banyak baca tentang sibling rivalry sejak hamil karena saya sendiri termasuk yang kurang beruntung: saya punya hubungan yang tidak hangat dengan abang saya.

Topik sibling rivalry pun jadi menarik karena saya tidak ingin Hasina dan Saira punya masalah yang sama dengan saya. Saya ingin mereka saling sayang. Saya ingin mereka jadi suporter utama, jadi orang yang selalu bisa dipercaya, jadi pegangan, jadi sahabat, jadi orang yang selalu ada... Ok, nangis nulisnya karena saya ga punya hubungan semacam ini.

Tentu jaman sekarang sudah sangat mudah mengakses pengetahuan soal parenting: webinar, konten media sosial, dan buku. Saya juga sempat bertanya ke psikolog saya tentang apa yang harus dipersiapkan ketika seorang anak mau punya adik, jawabnya: katakan kalau nanti akan semakin banyak orang yang menyayangi dia karena adik juga akan menyayanginya, katakan kalau cinta papa dan mama sama besar ke dia dan adik, berikan dia hadiah ketika adiknya diberi hadiah, dan ya sudah cemburu itu hal yang manusiawi, validasi perasaannya kalau dia cemburu kepada adik. Semua hal ini saya jalankan dan alhamdulillah sukses.
  • Pastikan kalau kami sangat menyayanginya
"Mama sayang Hasina" adalah kalimat yang selalu saya ucapkan sebelum kami tidur sampai sekarang. Kalau mengacu pada the five love languages, kata-kata hanyalah satu dari lima bahasa cinta. Tapi buat saya ya katakan saja terus, sambil perhatikan terus anak-anak bahasa cintanya apa ya. Anak yang merasa dicintai adalah kunci dari kebahagiaan dia seumur hidup.

Menurut saya, faktor utama yang mempermudah adaptasi Hasina adalah dia tahu kalau mama dan papa mencintainya. Coba deh kalau ente tahu suami ente sayang banget sama ente, pasti ga bakalan kan ente merasa cemburu sama perempuan-perempuan di sekitar suami? Saya pikir logika ini penting untuk dipakai agar anak juga santai saja menghadapi munculnya seorang adik. Iya udah kan, so what? Toh mama dan papa masih sayang sama dia.
  • Monitoring dan evaluasi
Bukan cuma kantor aja yang butuh kegiatan monev, parenting juga penting untuk dimonev. Beberapa pertanyaan yang suka saya tanyakan ke diri saya sendiri adalah:

  1. Apakah saya sudah meluangkan waktu hari ini masing-masing untuk Hasina dan Saira?
  2. Apakah saya sudah katakan kalau saya mencintai mereka?
  3. Apakah saya sudah memeluk mereka hari ini?
  4. Adakah kebutuhan mereka yang saya lewatkan?

Terakhir, saya juga selalu mengevaluasi apakah mereka saling nyaman satu sama lain. Terutama Hasina ya, saya selalu menanyakan pertanyaan macam: apakah adik mengganggu dia, apakah mama terlalu banyak beralasan tentang adik, apakah dia ingin bersama adik, dan sebagainya. 

Misalnya, saya sering bertanya kalau kami pergi, "Adik mau diajak ga?". Saya juga suka meminta izin dia, "Mama mau belikan adik baju, kakak masih ada bajunya jadi tidak usah dibelikan. Gapapa ya nak?"

Pro tips: kalau anaknya sudah bisa menjawab, tanya saja apa yang menurut dia salah, apa yang menurut dia kurang, apa yang menurut dia sudah cukup. Saya terbiasa memperlakukan dia seperti berdiskusi dengan orang dewasa. Itung-itung latihan buat dia supaya lebih mampu berkomunikasi dengan orang lain.

Semakin ke sini, dunia parenting pasti akan semakin menantang, apalagi kalau Saira sudah mulai menunjukkan keinginannya. 

Kalau ditanya pernah ga mereka bertengkar? Oh ya pernah, Saira pernah menjambak rambut Hasina dan Hasina sangat marah sampai menangis. Ini baru permulaan tentu saja, hahahah, pasti akan banyak lagi nanti permasalahan lainnya.

Saya selalu ingat satu hal sih, sejak kecil pastikan saja dia merasa dicintai. Itu adalah modal utama untuk mempermudah hidupmu (dan hidup mereka) di masa depan. Termasuk modal untuk menghadapi perseturuan dengan saudara kandung *LOL*

Sumber: https://www.ebaumsworld.com/pictures/30-people-with-siblings-will-understand-these-memes/86809825/


Komentar