Menertawakan pengabaian

Sumber: memegenerator.net

Ada orang yang bahagia tidak diberi pekerjaan, tapi bukan bagi saya. Pengabaian adalah isu yang sudah lama saya derita, tapi baru belakangan ini menjelaskan kenapa saya begitu menderita dengan frasa "tidak diajak".

Saya anak paling kecil di keluarga saya. Kakak saya laki-laki dan berusia jauh lebih tua dibandingkan saya. Saya adalah anak kecil, tidak pernah didengarkan, tidak diajak berbicara, tidak ditanya pendapatnya, dan ini terjadi bertahun-tahun sampai saya merasa bahwa saya memang tidak layak untuk "diajak".

Saya terabaikan.

Di kantor belakangan ini, luka lama saya seakan terus tercabik-cabik lalu digarami sampai aduhai perihnya. Saya tidak diajak dan saya harus bertepuk tangan melihat orang lain dengan pencapaian-pencapaiannya yang menawan.

Saya tentu tidak tinggal diam. Saya mencoba untuk diberi tepuk tangan, tapi gagal. Saya kalah. Tidak ada yang bisa saya buktikan untuk menunjukkan kehebatan saya.

Saya dipaksa untuk terbiasa menertawakan pengabaian.

Harapan baru

Jika kamu merasa tidak diterima, ada tiga cara untuk bisa diterima. Pertama, berubah menjadi seperti mereka. Kedua, pergi ke tempat lain yang mungkin lebih menerima saya. Ketiga, menerima jika saya memang tidak diterima.

Saya memilih opsi kedua. Pergi dari tempat yang mungkin tidak menerima orang seperti saya: tidak kreatif, tidak inovatif, dan tidak punya skill yang mumpuni untuk bersaing di sini. Saya mungkin hanya rajin saja dan suka berkontribusi, sudah, kemampuan saya tidak lebih dari itu mungkin. Oh, mungkin dengan tambahan what-so-called attitude yang baik. Apalah jika pada dasarnya saya tidak punya mental pemenang.

Memang sebetulnya belum tentu saya tidak lagi merasa terabaikan di tempat baru, tapi daripada saya bertahun-tahun semakin merasa terabaikan, saya merasa sebaiknya pergi ketika ada kesempatan untuk pergi. Toh, saya diajak, sesuatu yang saya tunggu-tunggu. 

Sesuatu yang membuat saya merasa dihargai.

Tapi jika lagi-lagi rasa terabaikan saya muncul, ada baiknya saya kembali memaksa diri saya untuk menertawakannya, menikmatinya, sampai saya mampu menerima pengabaian.

Komentar