Shortcut agar tidak overthinking
Sumber: https://i1.wp.com/posthood.com/ |
Siapa di sini yang overthinking juga? Baby, I'm with you ~
Saya tidak tahu orang normal seharusnya bagaimana, tapi saya selalu memikirkan banyak hal yang harusnya tidak saya pikirkan. Saya memikirkan masa lalu, memikirkan masa depan, memikirkan pikiran orang lain, memikirkan sikap orang lain, memikirkan hal-hal yang harusnya tidak bisa dikendalikan.
Overthinking menurut saya adalah kebiasaan memikirkan hal yang tidak bisa kita kendalikan dan memikirkan hal yang seharusnya tidak perlu dikhawatirkan atau disesali.
Contoh, saya pernah nangis-nangis di kamar waktu S1 karena saya tidak mau kuliah ilmu ekonomi. Saya pernah nangis juga waktu kuliah S2 karena saya merasa harusnya saya bekerja saja. Nah loh.
Contoh lain, saya pernah menyesal bekerja di suatu tempat. Kemudian saya pindah kerjaan, lalu menyesal juga. Baik.
Contoh lainnya, saya pernah memutuskan untuk belajar scuba diving tapi kemudian menyesal pas di dalam laut "ngapain sih gue melakukan hal yang susah ini?"
Ada masanya juga saya menyesali pernikahan, menyesali pilihan untuk punya anak, menyesali apa yang kata masyarakat kita harusnya dilakukan padahal ternyata ga dilakukan juga gapapa deh I swear to you.
Saya belajar bahwa jika saya berdoa meminta diberikan sesuatu di dunia, sering sekali Allah mengabulkan doa saya. Eh tapi dikabulkan dengan sepaket kebahagiaan beserta penderitaan dan tanggung jawab yang mengikuti. Ibaratnya terms and conditions apply ~
Siapa yang ga mau kuliah S1 Ilmu Ekonomi di UGM? Yang ga mau S2 di luar negeri? Yang ga mau kerja di tempat-tempat prestisius? Yang ga mau nikah dan punya anak? Yang ga mau punya sertifikasi scuba diving mungkin banyak ya, tapi kalau suka kenapa tidak dilakukan sih? Masa ga mau?
Saya berhasil mendapatkan semuanya tapi ya perasaan ini kok ga bahagia-bahagia banget ya. Masih ada rasa "harusnya ga gini nih, harusnya ga gitu". Gitu aja terus sampe overthinking kenapa saya overthinking.
Berhubung overthinking berbeda dengan berfilosofi, kebiasaan overthinking was not good for me. Ya njuk piye? Emangnya kamu bisa mengendalikan sesuatu yang tidak bisa kamu kendalikan? Kalau sudah tahu ga bisa dikendalikan harusnya tidak dipikirkan bukan?
IYA.
Suatu hari saya diajak sama senior kantor untuk mencoba surfing. Lha sudah tahu saya kalau di tengah-tengah mencoba saya bakalan overthinking. Susah nih, aduh ga bisa nih, kenapa sih tadi mau nyoba, harusnya tadi duduk aja di pinggir pantai sambil nyanyi lagu Taylor Swift.
Saya beralasan demikian ke senior saya itu. "Nggak deh mas, takut overthinking."
Ya jelas aja diketawain. Susah ya menjelaskan betapa susahnya saya menguasai pikiran sendiri.
"Saya tuh hampir selalu menyesal kalau melakukan sesuatu gitu..." ujar saya ga wajib juga bikin mereka paham. Tapi mereka mengerti juga kalau jadi orang overthinking itu susah. Ada saja hal yang dipikirin sampai menyesal.
Ada satu pertanyaan yang menggelitik saya, "Terus kamu punya ga sesuatu yang udah kamu lakukan tapi kamu ga menyesal ketika melakukannya?"
Eh apa ya. Hampir semua major events in life kok kayaknya saya sesali ya. Pertanyaan semacam ini bikin saya mikir juga. Masa ga ada sih yang ga saya sesali?
OVERTHINKING LAGI KAN OGUT DITANYA BEGITU.
But, I finally found the answer.
Saya ga menyesal ketika beribadah.
Saya ga menyesal harus bangun malem-malem untuk tahajud. Saya ga menyesal harus berlapar-lapar puasa. Saya ga menyesal harus mengeluarkan uang untuk sedekah. Saya ga menyesal harus buru-buru lari karena belum sholat. Saya ga menyesal berdoa sama Allah. Saya ga menyesal meninggalkan hal yang saya sukai tapi Allah tidak suka.
Saya benar-benar tidak menyesal.
Ibadah. Ternyata inilah shortcut agar tidak overthinking.
Ngapain kan capek-capek mikirin dunia tapi ternyata bikin kamu sengsara juga? Coba dari dulu mikirnya ini buat ibadah. Wah, batal deh menyesal.
Misal, saya punya anak. Saya anggap beribadah. Saya ingin mendidik keturunan yang sholeh dan sholehah supaya bisa menjadi pahala jariyah nanti kelak setelah meninggal. Tentu tidak perlu overthinking karena mendidik anak memanglah syusyeh syekaleh.
Misal, saya bekerja. Puyeng emang kerjaan kantor itu. Tapi coba saya pikirkan untuk beribadah. Saya ingin memberi makan keluarga dari rezeki yang halal. Saya juga ingin berkontribusi untuk masyarakat dengan memberikan ilmu yang bermanfaat. Lagi-lagi pahala jariyah.
Tentu dengan keimanan selevel ini, susah sekali untuk ikhlas dan terus mengingat ini buat ibadah loh bukan buat kamu hepi-hepi di dunia. Tapi semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk bahwa hidup memang hanya tempat persinggahan. Kalau kamu ga beribadah, ya buat apa coba? Apa hidupmu bisa tenang?
Jadi ternyata, shortcut agar tidak overthinking kadang nggak perlu ndakik-ndakik. Inget aja buat ibadah dan sering-sering aja ibadah biar lapang dadamu.
Komentar
Posting Komentar