Sebuah tulisan untuk anak sulungku yang sabar


Kalau bisa memilih, kamu mungkin tidak ingin menjadi anakku, Nak. Kamu pantas mendapatkan ibu lain yang lebih baik. Bukan yang seperti mamamu ini. Tidak seperti ibu-ibu pada umumnya yang bahagia akan berita kehamilan, mama malah bingung dan khawatir.

Mama dan papamu menikah tak lama setelah kami berkenalan. Kami baru benar-benar saling mengenal setelah menikah dan tiga bulan kemudian kamu hadir.

Semua terjadi sangat cepat. Mama tiba-tiba hamil dan akan menjadi ibu. Mama lumayan stress, Nak, bukan karena mama tidak sayang kamu, melainkan karena mama takut mengecewakan kamu.

Saat kamu lahir, mama bingung dengan apa yang mama rasakan. Kamu lucu sekali tapi mama masih bingung dengan kehadiranmu. Sejak itu mama belajar setiap hari untuk menjadi ibu yang baik agar tidak terus kebingungan.

Tidak ada manual menjadi ibu yang baik. Mama rasa juga tidak ada perempuan yang mendadak mahir jadi ibu. Mungkin kalimat ini hanya untuk menghibur hati mama yang selalu merasa bersalah padamu sejak awal. Mama sering sekali melakukan kesalahan.

Dua hari yang lalu kamu mungkin sakit perut. Kamu berulang kali buang air besar pada hari itu. Hari sebelumnya mama pergi sendirian ke rumah sakit untuk kontrol kesehatan. Mama tinggalkan kamu di rumah bersama Papa dan Eyang Putri. Mama percaya kamu tidak akan rewel karena kamu memang anak yang manis semenjak lahir.

Mama titipkan ASIP di freezer untuk diminum. Mama lupa menaruhnya di kulkas bawah agar ASIP beku mencair dulu sebelum dipanaskan. Tidak seperti biasanya, kamu minum ASIP beku yang langsung dipanaskan. Gara-gara ini, kamu pup berkali-kali. Mama menyesal sekali sudah melakukan kesalahan yang membuatmu sakit. Tapi mama heran kenapa kamu tidak rewel meskipun mungkin kamu sakit perut. Anakku sabar sekali.

Tadi pagi mama memandikanmu, tidak sengaja membuat telingamu kemasukan bedak. Mama sebal sekali akan kebodohan mama.

Setelah usai dipasangi baju, mama ngobrol sama kamu. Masih merasa bersalah akibat tragedi bedak, mama tanya pernahkah telingamu selama ini kemasukan air saat dimandikan? Karena mama merasa kurang telaten memandikan kamu. Kamu ingat kan mama pernah membuatmu menangis ketika mengelap mukamu dengan tangan penuh sabun? Begitu cerobohnya mama setiap memandikan kamu.

Kamu menjawabnya dengan senyum lebar dan berusaha mengucapkan sesuatu.

“Pernah ya?” mama khawatir.

Kamu masih tersenyum.

“Hasina maaf ya, mama baru belajar,” mama mulai menangis. Menyesali betapa banyaknya kesalahan mama kepadamu.

Kamu tetap tersenyum.

“Hasi marah ga sama mama? Kesel ga sama mama?” dia tetap tersenyum. Anakku yang sabar.

“Makasih ya sayang udah sabar,” mama terus menangis dan kamu masih tersenyum riang.

Kalau saja kamu tahu, Nak, sebagai peserta ujian praktik sekolah menjadi ibu, mama payah sekali. Tapi kamu tetap sabar, masih tersenyum kepada mama, tidak peduli kalau kamu sudah menjadi ajang percobaan buat mama yang berharap bisa menjadi ibu yang baik untukmu.

Hasina baik sekali. Mama sayang Hasi. Selalu. Selamanya. Dengan segala kebodohan dan kesalahan Mama.

*ditulis tanggal 18 Maret 2020, hari ke-48 dari kelahiranmu*

Komentar