Manchester, Bukan Hanya Sekedar Kuliah (4): Memaafkan

Manchester, 6 bulan yang lalu

Saya sudah berkali-kali membaca ayat tentang memaafkan yang berulang-ulang tercantum di dalam Al-Qur'an:
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, .... dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Al-Imran: 133-134)


"Jadilah kamu pemaaf..." (QS. Al-A'raf: 199)

"Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (QS. Asy-Syura: 43)
Oke, saya baru menyadari jadi inilah kenapa ayat-ayat tentang memaafkan diulang berkali-kali di dalam Al-Qur'an, karena susah banget bradeeeer ~~ 

Saya juga sudah berjuta-juta kali membaca quotes tentang memaafkan, sampai saya sering sengaja search keyword: "forgive" di Tumblr. Saya seriusan mau belajar memaafkan.

Sumber: tumblr.com
Kenapa saya repot banget mau belajar memaafkan? Jadi begini ceritanya...

Bogor, 20 bulan yang lalu

Saya menutup telepon itu dan menghapus air mata, menemui ayah saya dan bercerita dengan mulut monyong. Seseorang telah menancapkan pisau paling tajam ke jantung saya dan dengan sengaja mengoyak-ngoyak isinya. Ayah saya merangkul saya dan memberikan kecupan hangatnya di pipi saya, "Sudahlah," katanya.

Sudahlah. Sesederhana itu. 

Tapi tidak sesederhana itu saya melalui malam-malam berikutnya. Saya selalu terbangun di tengah malam karena jantung saya masih terasa sakit. Saya bangun tidur dalam keadaan sama kacaunya: jantung saya sakit, perut saya mual, dan mata saya terus menerus meneteskan air mata.

Ini tidak sesederhana itu.

Masih ingat saya akan malam-malam yang saya habiskan dengan doa yang seketika meluncur dari mulut saya agar Allah membalas perbuatannya karena saya tak sanggup lagi menahan pedihnya. Saya kacau balau.

Bogor, 12 bulan yang lalu

Lebaran. Identik dengan permintaan maaf. 

Saya sudah berusaha membuka pintu maaf saya yang paling besar jikalau ada pesan darinya bahwa dia menyesali perbuatannya dan meminta maaf agar kita sama-sama kembali fitri. Namun apa yang saya dapat? Dia hanya memberikan permintaan maaf formalitas ke sebuah grup di mana saya dan dia sama-sama menjadi penghuninya.

Saya murka. Jadi seluruh derita yang saya alami selama berbulan-bulan ini hanya layak sekedar dimintai maaf melalui grup dengan ucapan maaf yang super klise? Berbagai macam makian rasanya ingin sekali saya lontarkan padanya.

Saya sampai pada kesimpulan: saya anggap orang ini sudah mati karena saya tidak bisa memaafkan dia, kesalahan dia sudah terlalu banyak. Lagipula apa gunanya permintaan maaf darinya kalau saya sudah terlanjur hancur?

Sumber: hepburncreative.com
Saat itu, lagu Taylor Swift yang berjudul Bad Blood sedang populer. Lirik "band-aids don't fix bullet holes" menjadi salah satu kalimat favorit saya. Ya iyalah, mau minta maaf kayak apa juga saya sudah terlanjur berdarah-darah. Pengen banget sih kalau ada orang minta maaf terus luka kita mendadak sembuh gitu, tapi ternyata kenyataan di dunia tidak selucu itu.

Manchester, 10 bulan yang lalu

Saya sampai di Manchester. Kuliah di luar negeri. Impian saya sejak kecil. Tapi ada yang mengganjal dari dalam diri saya. Saya menyadari kalau saya tidak bahagia karena saya belum memaafkan.

"Kanetasya, kamu sudah di Manchester. Hiduplah bahagia. Lepaskan dendam-dendammu."

Setiap bangun tidur, hanya satu hal yang saya ingat: lepaskan semua dendam-dendam saya. Saya sudah mendapatkan apa yang saya inginkan. selayaknya saya harus melupakan hal lain yang sudah tidak signifikan di dalam hidup saya.

Tapi tetap saja ketika dipancing teman lama soal dia, saya akan berceloteh dengan kalimat-kalimat paling tajam. Memaafkan dari mananya, Neng?

Dan kembali lagi ke Manchester, 6 bulan yang lalu

Saya mungkin gila dan bodoh tapi saya juga tidak ingin bilang "Coba lo yang rasain jadi gue deh!" ibarat semua orang pasti akan melakukan hal yang sama jika menjadi saya. Setahun setelah peristiwa pahit itu berlalu, saya hanya bisa menangis melihat kembang api tahun baru di Albert Square kayak orang gila dan bodoh. Yang paling saya tangisi adalah kegagalan saya untuk merelakan dan memaafkan.

Gue ga bisa kayak gini terus.

Saya kembali menggelar sajadah dan berdoa sungguh-sungguh setiap hari agar Allah memberikan saya hati yang pemaaf agar saya bebas dari segala macam dendam ini dan hidup bahagia.

Saya ingat kisah Rasulullah SAW yang sanggup menjadi pribadi mulia salah satunya karena kemampuan beliau memaafkan. Siapa pula orang di dunia ini yang mampu berbesar hati menyuapi pengemis buta yang setiap hari memaki-maki beliau selain Rasulullah? Hingga suatu saat Rasulullah wafat dan pengemis buta itu ganti disuapi oleh Abu Bakar R.A., namun si pengemis tahu kalau orang yang menyuapi bukanlah orang yang biasanya datang karena makanan yang diberikan oleh Abu Bakar tidak sehalus yang biasa diberikan oleh Rasulullah. Betapa kagetnya sang pengemis ketika mengetahui orang yang selalu dia maki-maki itu adalah orang yang biasa menyuapinya setiap hari...

Kisah ini selalu mengingatkan saya kalau Rasulullah mengajarkan umatnya untuk memaafkan, jadi kalau ente tidak mau memaafkan, ente umat Nabi Muhammad bukan?

Dan begitulah Allah mengajarkan saya tentang memaafkan. 

Memang belum sah rasanya kalau kita belajar tentang memaafkan di dalam teori saja karena memang gampang banget ngomong, "Iya udah dimaafin" padahal di dalam hati masih, "Gara-gara lo ya gue jadi kayak gini." Betapa beruntungnya saya bisa mengalami sendiri kalau memaafkan itu susah dan merasakan sendiri betapa mulianya orang yang pemaaf.

Serta betapa mulianya Allah Yang Maha Pengampun....

Kata orang, waktu akan menyembuhkan, tapi waktu tidak akan menyembuhkan jika Allah tidak berkenan. Alhamdulillah saya mulai bisa melepaskan segala macam dendam-dendam saya dan memaafkannya. Saya tidak se-alergi itu lagi mendengar hal-hal yang berkaitan dengannya, padahal sampai detik ini dia juga belum minta maaf. LOL.
Sumber: tumblr.com
Jadi gimana? Mbak Kanetasya ini sudah khatam untuk urusan memaafkan?

Eits, nanti dulu. Oke cyin, untuk satu dan lain hal sejauh ini saya baru mampu tidak membalas perbuatan orang yang "jahat" kepada saya. Jadi, pesan moral dari pengalaman saya mengajarkan kalau ada orang berbuat jahat kepada saya: jangan dibalas, jangan dibalas, jangan dibalas. Biarkan perbedaan antara baik dan jahat memisahkan saya dan dia secara jelas. Kalau dia jahat dan saya tidak, maafkanlah dia.

Namun untuk benar-benar ikhlas memaafkan ya butuh proses lagi (doa lagi, ngaji lagi, buka tumblr lagi, LOL) apalagi untuk saya yang menye-menye soal perasaan.

Tapi mau bagaimana pun, memaafkan itu jauh lebih bahagia daripada mukulin orang yang super nyebelin (sambil melirik teman dekat saya yang dulu pernah nanya saran ke saya soal temennya yang nyebelin banget dan minta dipukulin). Demi penguasa bumi dan surga, damai itu adem bener rasanya.

*Seri keempat dari "Manchester, Bukan Hanya Sekedar Kuliah". 
Tulisan seri pertama bisa dilihat di Menjaga Sholat
Tulisan seri kedua bisa dilihat di Mempersiapkan Ramadhan
Tulisan seri ketiga bisa dilihat di Ramadhan Hari Ke-20 Di UK

Komentar