Manchester dan Mengapa Saya Akan Selalu Percaya dengan Rencana Allah

Dua bulan sudah saya habiskan di Manchester. Kota yang menyenangkan karena orang-orangnya yang ramah dan sopan. Kota yang membuat berat badan saya turun tiga kilogram dan sepasang sepatu harus saya pensiunkan karena saya terlalu menikmati berjalan kaki di sini.

Entah bagaimana saya survive tanpa makan cilok selama dua bulan. Saya juga survive walaupun kemampuan bahasa Inggris saya masih segitu-gitu saja. Saya survive dari kelangkaan masjid dan mushola di sini. Saya survive lama tidak bertemu dengan keponakan saya. Dan yang paling penting, saya survive menjomblo karena saya tahu tidak ada yang mengkhianati saya di balik punggung saya. #curhat

Saya sudah pergi ke tempat-tempat yang saya inginkan, meski daftar perjalanan masih akan sangat panjang. Saya sudah ke London, Coventry, Warwick, Oxford, dan Liverpool. Sepertinya saya tidak perlu menyebutkan objek wisata apa saja yang sudah saya kunjungi tapi yang paling penting bagi saya adalah ke tempat ini:

EMIRATES STADIUUUM....!!!!!!!
Sudahlah tidak usah ditanyakan kenapa saya suka Arsenal, yang notabene bermarkas di London, tapi berakhir kuliah di Manchester. Walaupun saya sering menjawab dengan "Karena development studies di Manchester lebih bagus." atau "Karena Manchester lebih murah daripada London." toh jawaban sesungguhnya adalah "Karena Allah yang memilihkan Manchester untuk saya."

Walaupun sempat kecewa karena nilai IELTS saya tidak cukup untuk kuliah di Edinburgh atau London, pada akhirnya saya sadar kalau Allah selalu memberikan yang terbaik untuk saya.

Pertama, Manchester mempertemukan saya dengan teman-teman Indonesia yang selalu membuat saya merasa ada di tanah air. Saya malah bertemu dengan beberapa teman Indonesia di jurusan saya sehingga saya bisa diskusi lebih jauh dengan bahasa Indonesia (discussion in English is sometimes not understandable for me). Mungkin bagi sebagian orang, pengalaman bergaul dengan teman dari negara lain sangat membanggakan. Tapi kalau untuk saya sih, saya lebih nyaman berteman dengan orang-orang yang "punya tingkat ketidakwarasan yang sama akibat kedekatan geografis". Keistimewaan ini hanya saya dapatkan dari teman-teman Indonesia di Manchester.

PPI Greater Manchester, bedol desa dari Indonesia.
Kedua, jurusan saya di sini (MSc. International Development: Environment, Climate Change, and Development) bukan melulu soal lingkungan atau perubahan iklim seperti yang kalian, dan saya dulu, pikirkan. Saya harus belajar ilmu studi pembangunan lebih banyak daripada ilmu lingkungan dan berita baiknya adalah seorang pemegang titel sarjana di bidang Ilmu Ekonomi seperti saya tentu lebih familiar dengan istilah-istilah pembangunan. Walaupun saya sering membaca tentang isu lingkungan dari artikel dan sesekali jurnal, ternyata pendalaman saya akan materi lingkungan jauh berbeda dibandingkan dengan pengetahuan saya di bidang ekonomi pembangunan. Jadi kalau boleh saran untuk kalian yang mau pindah jurusan pas S2, jangan jauh-jauh banget. Pola pikir kalian dan pemahaman kalian akan bidang studi yang kalian pelajari saat S1 pasti akan jauh lebih baik dibandingkan dengan ilmu yang kalian pelajari hanya dari ketertarikan (seperti saya terhadap ilmu lingkungan dan sejarah).

Ketiga, meskipun Manchester bukan kota wisata (but yes, Manchester is football city), letak Manchester yang berada pas di tengah-tengah Great Britain menjadikan perjalanan ke mana-mana tidak terlalu jauh. Bandingkan dengan teman-teman yang dari utara banget atau selatan banget kayaknya PR deh mau main ke mana-mana. Kita yang dari Manchester sih selalu seimbang mau ke mana-mana juga (dan ga bakal sampe 12 jam kayak dari Jakarta ke Yogyakarta, doh).

See? Everything is balance. Pergaulan, kuliah, dan jalan-jalan bisa terakomodasi dengan baik di Manchester. Allah memang selalu memilihkan yang terbaik untuk hamba-Nya yang selalu berusaha memperbaiki diri dan memberikan yang terbaik. Seringkali saya berpikir, "Duh gila ya untung aku kuliah di Manchester. Alhamdulillah." karena banyaknya kemudahan yang saya dapatkan di sini.

Manchester mengajarkan saya untuk percaya kepada rencana Allah. Allah tidak akan pernah berkata tidak untuk doa hamba-Nya, Allah hanya menjawab dengan "iya atau tunggu di waktu yang lebih baik atau Aku berikan yang lebih baik untukmu." Bagi saya yang lebih baik adalah kuliah di Manchester, bukan di tempat manapun di muka bumi ini. Begitulah jika Allah sudah berkehendak. 

When I was a child, I constantly dreamed about studying abroad and here I am now, living in my dream.
Rencana Allah memang selalu yang terbaik tapi itu juga bukan alasan bagi kita untuk tidak menggunakan rasionalitas dalam memilih. Kalau dulu saya tidak memilih Manchester sebagai pilihan kedua pasti saya juga tidak akan bertemu pada kehendak Allah yang ternyata terbaik ini. Di situlah pentingnya ikhtiar dan tawakal serta pentingnya tahu perbedaan yang mana yang bisa kita pilih sendiri dan yang mana yang kita biarkan Allah yang memilihkan.

INTINYA, karena saya juga sedang galau jodoh (wkwkwkwk jujur), saya sih percaya selama saya memperbaiki diri dan memberikan yang terbaik, maka hasilnya juga akan "cling cling". Siapa pun yang tidak menggunakan rasionalitasnya dalam memilih (dan malah menggunakan alasan rencana Allah untuk menunjukkan ketidakrasionalan dia), ya "good luck" saja dengan pilihannya. Bisa jadi kalian tidak berjodoh karena kalian sudah berada di "tingkat" yang berbeda (lalu jodohnya ditukar dengan yang lebih buruk, Na'udzubillah).

Saya akan selalu berdoa tentang urusan dunia dengan kalimat "... if it is good for me." karena itu adalah tanda kalau saya tidak memaksakan rencana saya kepada Yang Maha Kuasa. Toh, belajar dari pengalaman Manchester, saya percaya rencana Allah, setelah saya menggunakan kesempatan untuk memilih, lebih baik kok.

Komentar

  1. Sangat memotivasi luar biasa. apakah manchester direkomendasi utk magister sains mba?

    BalasHapus
  2. Saya liat biodatanya, kebetulan saya juga orang bogor yang lagi kuliah di yogyakarta (ugm) :) salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Rifqi! Salam kenal juga... Huwaaaaah... Anak Bogor yang di Jogja juga niiiih.. Hati-hati ya betah di Jogja nanti ga mau pulang di Bogor. Hahaha

      Kamu MSc di bidang apa Rifqi? Untuk lebih spesifiknya bisa dilihat di websitenya QS World University Ranking, di situ ada ranking universitas per bidang studi. Semoga cukup menjawab.

      Hapus
  3. Saya liat biodatanya, kebetulan saya juga orang bogor yang lagi kuliah di yogyakarta (ugm) :) salam kenal

    BalasHapus
  4. tulisan yang sangat indah dibaca, salam kata dariku

    BalasHapus
  5. Haii kak kanet, iseng-iseng pengen baca blog buat tau kabar kak kanet. Waah, salut banget, di tengah kesibukan kuliah, kak kanet masih sempet buat tulisan dengan style khasnya plus menyentuh hati banget buat pembaca, terutama aku, hehee..
    Paling tertarik sama tulisan di paragraf ke-12,"Siapa pun yang tidak menggunakan rasionalitasnya dalam memilih, ya good luck saja dengan pilihannya". Bener banget, di dunia ini kita dituntut untuk menimba ilmu salah satunya agar dapat berpikir secara rasional. Kalo rasionalitas gak dipake dan hanya mengandalkan keputusan Allah Swt tanpa usaha, siap2 aja kita selalu kecewa n gak bersyukur sama apa yang telah kita dapatkan..
    Sukses terus kak kanet..
    Btw, kemarin kebetulan ketemu temen kak kanet yang dari lulusan Lancester, mbak Ummi ngobrol2 dikit, eh trnyata kenal kak kanet juga, dunia emang sempit :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haiiii Ratiiiih, apa kabaaaar ~~~

      Aku udah lama ga update blog, jadi baru tengok2 komen orang lagi.

      Hush jangan baper! Sukses terus juga buat kamuuuh. Kangen berat. Kecup pipi kiri kanaaan.

      Huakakaka iya si Ummi, dia sempet tinggal di Manchester makanya aku kenal. Fi amanillah Ratiiiiiih :-))))

      Hapus

Posting Komentar